PERINGATAN MAULID NABI SAW
Ketika kita membaca kalimat diatas maka didalam hati kita sudah tersirat bahwa kalimat ini akan langsung membuat alergi bagi sebagian kelompok muslimin, saya akan meringkas penjelasannya secara ‘Aqlan wa syar’an, (logika dan syariah). Sifat manusia cenderung merayakan sesuatu yang membuat mereka gembira, apakah keberhasilan, kemenangan, kekayaan atau lainnya, mereka merayakannya dengan pesta, mabuk mabukan, berjoget bersama, wayang, lenong atau bentuk pelampiasan kegembiraan lainnya, demikian adat istiadat diseluruh dunia. Sampai disini saya jelaskan dulu bagaimana kegembiraan atas kelahiran Rasul saw.
Allah merayakan hari kelahiran para Nabi Nya
· Firman Allah : “(Isa berkata dari dalam perut ibunya) Salam sejahtera atasku, di hari kelahiranku, dan hari aku wafat, dan hari aku dibangkitkan” (QS Maryam 33)
· Firman Allah : “Salam Sejahtera dari kami (untuk Yahya as) dihari kelahirannya, dan hari wafatnya dan hari ia dibangkitkan” (QS Maryam 15)
· Rasul saw lahir dengan keadaan sudah dikhitan (Almustadrak ala shahihain hadits no.4177)
· Berkata Utsman bin Abil Ash Asstaqafiy dari ibunya yang menjadi pembantunya Aminah ra bunda Nabi saw, ketika Bunda Nabi saw mulai saat saat melahirkan, ia (ibu utsman) melihat bintang bintang mendekat hingga ia takut berjatuhan diatas kepalanya, lalu ia melihat cahaya terang benderang keluar dari Bunda Nabi saw hingga membuat terang benderangnya kamar dan rumah (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)
· Ketika Rasul saw lahir kemuka bumi beliau langsung bersujud (Sirah Ibn Hisyam)
· Riwayat shahih oleh Ibn Hibban dan Hakim bahwa Ibunda Nabi saw saat melahirkan Nabi saw melihat cahaya yang terang benderang hingga pandangannya menembus dan melihat Istana Istana Romawi (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)
· Malam kelahiran Rasul saw itu runtuh singgasana Kaisar Kisra, dan runtuh pula 14 buah jendela besar di Istana Kisra, dan Padamnya Api di Kekaisaran Persia yang 1000 tahun tak pernah padam. (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)
Kenapa kejadian kejadian ini dimunculkan oleh Allah swt?, kejadian kejadian besar ini muncul menandakan kelahiran Nabi saw, dan Allah swt telah merayakan kelahiran Muhammad Rasulullah saw di Alam ini, sebagaimana Dia swt telah pula membuat salam sejahtera pada kelahiran Nabi nabi sebelumnya.
Rasulullah saw memuliakan hari kelahiran beliau saw
Ketika beliau saw ditanya mengenai puasa di hari senin, beliau saw menjawab : “Itu adalah hari kelahiranku, dan hari aku dibangkitkan” (Shahih Muslim hadits no.1162). dari hadits ini sebagian saudara2 kita mengatakan boleh merayakan maulid Nabi saw asal dengan puasa.
Rasul saw jelas jelas memberi pemahaman bahwa hari senin itu berbeda dihadapan beliau saw daripada hari lainnya, dan hari senin itu adalah hari kelahiran beliau saw. Karena beliau saw tak menjawab misalnya : “oh puasa hari senin itu mulia dan boleh boleh saja..”, namun beliau bersabda : “itu adalah hari kelahiranku”, menunjukkan bagi beliau saw hari kelahiran beliau saw ada nilai tambah dari hari hari lainnya. Contoh mudah misalnya zeyd bertanya pada amir : “bagaimana kalau kita berangkat umroh pada 1 Januari?”, maka amir menjawab : “oh itu hari kelahiran saya”. Nah.. bukankah jelas jelas bahwa zeyd memahami bahwa 1 januari adalah hari yang berbeda dari hari hari lainnya bagi amir?, dan amir menyatakan dengan jelas bahwa 1 januari itu adalah hari kelahirannya, dan berarti amir ini termasuk orang yang perhatian pada hari kelahirannya, kalau amir tak acuh dengan hari kelahirannya maka pastilah ia tak perlu menyebut nyebut bahwa 1 januari adalah hari kelahirannya, dan Nabi saw tak memerintahkan puasa hari senin untuk merayakan kelahirannya, pertanyaan sahabat ini berbeda maksud dengan jawaban beliau saw yang lebih luas dari sekedar pertanyaannya, sebagaimana contoh diatas, Amir tak mmerintahkan umroh pada 1 januari karena itu adalah hari kelahirannya, maka mereka yang berpendapat bahwa boleh merayakan maulid hanya dengan puasa saja maka tentunya dari dangkalnya pemahaman terhadap ilmu bahasa.
Orang itu bertanya tentang puasa senin, maksudnya boleh atau tidak?, Rasul saw menjawab : hari itu hari kelahiranku, menunjukkan hari kelahiran beliau saw ada nilai tambah pada pribadi beliau saw, sekaligus diperbolehkannya puasa dihari itu. Maka jelaslah sudah bahwa Nabi saw termasuk yang perhatian pada hari kelahiran beliau saw, karena memang merupakan bermulanya sejarah bangkitnya islam.
Sahabat memuliakan hari kelahiran Nabi saw
Berkata Abbas bin Abdulmuttalib ra : “Izinkan aku memujimu wahai Rasulullah..” maka Rasul saw menjawab: “silahkan..,maka Allah akan membuat bibirmu terjaga”, maka Abbas ra memuji dengan syair yang panjang, diantaranya : “… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417)
Kasih sayang Allah atas kafir yang gembira atas kelahiran
Nabi saw
Diriwayatkan bahwa Abbas bin Abdulmuttalib melihat Abu Lahab dalam mimpinya, dan Abbas bertanya padanya : “bagaimana keadaanmu?”, abu lahab menjawab : “di neraka, Cuma diringankan siksaku setiap senin karena aku membebaskan budakku Tsuwaibah karena gembiraku atas kelahiran Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.4813, Sunan Imam Baihaqi Alkubra hadits no.13701, syi’bul iman no.281, fathul baari Almasyhur juz 11 hal 431). Walaupun kafir terjahat ini dibantai di alam barzakh, namun tentunya Allah berhak menambah siksanya atau menguranginya menurut kehendak Allah swt, maka Allah menguranginya setiap hari senin karena telah gembira dengan kelahiran Rasul saw dengan membebaskan budaknya. Walaupun mimpi tak dapat dijadikan hujjah untuk memecahkan hukum syariah, namun mimpi dapat dijadikan hujjah sebagai manakib, sejarah dan lainnya, misalnya mimpi orang kafir atas kebangkitan Nabi saw, maka tentunya hal itu dijadikan hujjah atas kebangkitan Nabi saw maka Imam imam diatas yang meriwayatkan hal itu tentunya menjadi hujjah bagi kita bahwa hal itu benar adanya, karena diakui oleh imam imam
dan mereka tak mengingkarinya.
Rasulullah saw memperbolehkan Syair pujian di masjid
Hassan bin Tsabit ra membaca syair di Masjid Nabawiy yang lalu ditegur oleh Umar ra, lalu Hassan berkata : “aku sudah baca syair nasyidah disini dihadapan orang yang lebih mulia dari engkau wahai Umar (yaitu Nabi saw), lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah ra dan berkata : “bukankah kau dengar Rasul saw menjawab syairku dengan doa : wahai Allah bantulah ia dengan ruhulqudus?, maka Abu Hurairah ra berkata : “betul” (shahih Bukhari hadits no.3040, Shahih Muslim hadits no.2485) Ini menunjukkan bahwa pembacaan Syair di masjid tidak semuanya haram, sebagaimana beberapa hadits shahih yang menjelaskan larangan syair di masjid, namun jelaslah bahwa yang dilarang adalah syair syair yang membawa pada Ghaflah, pada keduniawian, namun syair syair yang memuji Allah dan Rasul Nya maka hal itu diperbolehkan oleh Rasul saw bahkan dipuji dan didoakan oleh beliau saw sebagaimana riwayat diatas, dan masih banyak riwayat lain sebagaimana dijelaskan bahwa Rasul saw mendirikan mimbar khusus untuk hassan bin tsabit di masjid agar ia berdiri untuk melantunkan syair syairnya (Mustadrak ala shahihain hadits no.6058, sunan Attirmidzi hadits no.2846) oleh Aisyah ra bahwa ketika ada beberapa sahabat yang mengecam Hassan bin Tsabit ra maka Aisyah ra berkata : “Jangan kalian caci hassan, sungguh ia itu selalu membanggakan Rasulullah saw”(Musnad Abu Ya’la Juz 8 hal 337).
Pendapat Para Imam dan Muhaddits atas perayaan Maulid
1. Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy rahimahullah :
Telah jelas dan kuat riwayat yang sampai padaku dari shahihain bahwa Nabi saw datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yang berpuasa hari asyura (10 Muharram), maka Rasul saw bertanya maka mereka berkata : “hari ini hari ditenggelamkannya Fir’aun dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda Rasul saw : “kita lebih berhak atas Musa as dari kalian”, maka diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yang diberikan pada suatu hari tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa didapatkan dengan pelbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah, membaca Alqur’an, maka nikmat apalagi yang melebihi kebangkitan Nabi ini?, telah berfirman Allah swt “SUNGGUH ALLAH TELAH MEMBERIKAN ANUGERAH PADA ORANG ORANG MUKMININ KETIKA DIBANGKITKANNYA RASUL DARI MEREKA” (QS Al Imran 164)
2. Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah :
Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw ber akikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dengan sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300), dan telah diriwayatkan bahwa telah ber Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yang kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yang telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil’aalamiin dan membawa Syariah utk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman teman dan saudara saudara, menjamu dengan makanan makanan dan yang serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : “Husnulmaqshad fii ‘amalilmaulid”.
3. Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi) :
Merupakan Bid’ah hasanah yang mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yang diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau saw, dan bersyukur kepada Allah dengan kelahiran Nabi saw.
4. Pendapat Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah dalam
kitabnya ‘Urif bitta’rif Maulidissyariif :
Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu?, ia menjawab : “di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah menyusuinya (saw)” (shahih Bukhari). maka apabila Abu Lahab Kafir yang Alqur’an turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dengan muslim ummat Muhammad saw yang gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh sungguh ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab anugerah Nya.
5. Pendapat Imam Al Hafidh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy dalam
kitabnya Mauridusshaadiy fii maulidil Haadiy :
Serupa dengan ucapan Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljuzri, yaitu menukil hadits Abu Lahab.
6. Pendapat Imam Al Hafidh Assakhawiy dalam kitab Sirah Al Halabiyah
Berkata ”tidak dilaksanakan maulid oleh salaf hingga abad ke tiga, tapi dilaksanakan setelahnya, dan tetap melaksanakannya umat islam di seluruh pelosok dunia dan bersedekah pada malamnya dengan berbagai macam sedekah dan memperhatikan pembacaan maulid, dan berlimpah terhadap mereka keberkahan yang sangat besar”.
7. Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah
Dalam syarahnya maulid ibn hajar berkata : ”ketahuilah salah satu bid’ah hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran nabi saw”
8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah
Dengan karangan maulidnya yang terkenal ”al aruus” juga beliau berkata tentang pembacaan maulid, ”Sesungguhnya membawa keselamatan tahun itu, dan berita gembira dengan tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa yang membacanya serta merayakannya”.
9. Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah
Dalam kitabnya Al Mawahibulladunniyyah juz 1 hal 148 cetakan al maktab al islami berkata: ”Maka Allah akan menurukan rahmat Nya kpd orang yang menjadikan hari kelahiran Nabi saw sebagai hari besar”.
10. Imam Al hafidh Al Muhaddis Abulkhattab Umar bin Ali bin Muhammad yang
terkenal dengan Ibn Dihyah alkalbi
Dengan karangan maulidnya yang bernama ”Attanwir fi maulid basyir an nadzir”
11. Imam Al Hafidh Al Muhaddits Syamsuddin Muhammad bin Abdullah Aljuzri
Dengan maulidnya ”urfu at ta’rif bi maulid assyarif”
12. Imam al Hafidh Ibn Katsir
Yang karangan kitab maulidnya dikenal dengan nama : ”maulid ibn katsir”
13. Imam Al Hafidh Al ’Iraqy
Dengan maulidnya ”maurid al hana fi maulid assana”
14. Imam Al Hafidh Nasruddin Addimasyqiy
Telah mengarang beberapa maulid : Jaami’ al astar fi maulid nabi al mukhtar 3 jilid, Al lafad arra’iq fi maulid khair al khalaiq, Maurud asshadi fi maulid al hadi.
15. Imam assyakhawiy
Dengan maulidnya al fajr al ulwi fi maulid an nabawi
16. Al allamah al faqih Ali zainal Abidin As syamhudi
Dengan maulidnya al mawarid al haniah fi maulid khairil bariyyah
17. Al Imam Hafidz Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad As syaibaniy
yang terkenal dengan ibn diba’
Dengan maulidnya addiba’i
18. Imam ibn hajar al haitsami
Dengan maulidnya itmam anni’mah alal alam bi maulid syayidi waladu adam
19. Imam Ibrahim Baajuri
Mengarang hasiah atas maulid ibn hajar dengan nama tuhfa al basyar ala maulid ibn Hajar
20. Al Allamah Ali Al Qari’
Dengan maulidnya maurud arrowi fi maulid nabawi
21. Al Allamah al Muhaddits Ja’far bin Hasan Al barzanji
Dengan maulidnya yang terkenal maulid barzanji
23. Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Jakfar al Kattani
Dengan maulid Al yaman wal is’ad bi maulid khair al ibad
24. Al Allamah Syeikh Yusuf bin ismail An Nabhaniy
Dengan maulid jawahir an nadmu al badi’ fi maulid as syafi’
25. Imam Ibrahim Assyaibaniy
Dengan maulid al maulid mustofa adnaani
26. Imam Abdulghaniy Annanablisiy
Dengan maulid Al Alam Al Ahmadi fi maulid muhammadi”
27. Syihabuddin Al Halwani
Dengan maulid fath al latif fi syarah maulid assyarif
28. Imam Ahmad bin Muhammad Addimyati
Dengan maulid Al Kaukab al azhar alal ‘iqdu al jauhar fi maulid nadi al azhar
29. Asyeikh Ali Attanthowiy
Dengan maulid nur as shofa’ fi maulid al mustofa
30. As syeikh Muhammad Al maghribi
Dengan maulid at tajaliat al khifiah fi maulid khoir al bariah. Tiada satupun para Muhadditsin dan para Imam yang menentang dan melarang hal ini, mengenai beberapa pernyataan pada Imam dan Muhadditsin yang menentang maulid sebagaimana disampaikan oleh kalangan anti maulid, maka mereka ternyata hanya menggunting dan memotong ucapan para Imam itu, dengan kelicikan yang jelas jelas meniru kelicikan para misionaris dalam menghancurkan Islam.
Berdiri saat Mahal Qiyam dalam pembacaan Maulid
Mengenai berdiri saat maulid ini, merupakan Qiyas dari menyambut kedatangan Islam dan Syariah Rasul saw, dan menunjukkan semangat atas kedatangan sang pembawa risalah pada kehidupan kita, hal ini lumrah saja, sebagaimana penghormatan yang dianjurkan oleh Rasul saw adalah berdiri, sebagaimana diriwayatkan ketika sa’ad bin Mu’adz ra datang maka Rasul saw berkata kepada kaum anshar : “Berdirilah untuk tuan kalian” (shahih Bukhari hadits no.2878, Shahih Muslim hadits no.1768), demikian pula berdirinya Thalhah ra untuk Ka’b bin Malik ra. Memang mengenai berdiri penghormatan ini ada ikhtilaf ulama, sebagaimana yang dijelaskan bahwa berkata Imam Alkhattabiy bahwa berdirinya bawahan untuk majikannya, juga berdirinya murid untuk kedatangan gurunya, dan berdiri untuk kedatangan Imam yang adil dan yang semacamnya merupakan hal yang baik, dan berkata Imam Bukhari bahwa yang dilarang adalah berdiri untuk pemimpin yang duduk, dan Imam Nawawi yang berpendapat bila berdiri untuk penghargaan maka taka apa, sebagaimana Nabi saw berdiri untuk kedatangan putrinya Fathimah ra saat ia datang, namun adapula pendapat lain yang melarang berdiri untuk penghormatan.(Rujuk Fathul Baari Almasyhur Juz 11 dan Syarh Imam Nawawi ala shahih muslim juz 12 hal 93)
Namun dari semua pendapat itu, tentulah berdiri saat mahal qiyam dalam membaca maulid itu tak ada hubungan apa apa dengan semua perselisihan itu, karena Rasul saw tidak dhohir dalam pembacaan maulid itu, lepas dari anggapan ruh Rasul saw hadir saat pembacaan maulid, itu bukan pembahasan kita, masalah seperti itu adalah masalah ghaib yang tak bisa disyarahkan dengan hukum dhohir, semua ucapan diatas adalah perbedaan pendapat mengenai berdiri penghormatan yang Rasul saw pernah melarang agar sahabat tak berdiri untuk memuliakan beliau saw. Jauh berbeda bila kita yang berdiri penghormatan mengingat jasa beliau saw, tak terikat dengan beliau hadir atau tidak, bahwa berdiri kita adalah bentuk semangat kita menyambut risalah Nabi saw, dan penghormatan kita kepada kedatangan Islam, dan kerinduan kita pada nabi saw, sebagaimana kita bersalam pada Nabi saw setiap kita shalat pun kita tak melihat beliau saw.
Diriwayatkan bahwa Imam Al hafidh Taqiyuddin Assubkiy rahimahullah, seorang Imam Besar dan terkemuka dizamannya bahwa ia berkumpul bersama para Muhaddits dan Imam Imam besar dizamannya dalam perkumpulan yang padanya dibacakan puji pujian untuk nabi saw, lalu diantara syair syair itu merekapun seraya berdiri termasuk Imam Assubkiy dan seluruh Imam imam yang hadir bersamanya, dan didapatkan kesejukan yang luhur dan cukuplah perbuatan mereka itu sebagai panutan, dan berkata Imam Ibn Hajar Alhaitsamiy rahimahullah bahwa Bid’ah hasanah sudah menjadi kesepakatan para imam bahwa itu merupakan hal yang sunnah, (berlandaskan hadist shahih muslim no.1017 yang terncantum pada Bab Bid’ah) yaitu bila dilakukan mendapat pahala dan bila ditinggalkan tidak mendapat dosa, dan mengadakan maulid itu adalah salah satu Bid’ah hasanah,
Dan berkata pula Imam Assakhawiy rahimahullah bahwa mulai abad ketiga hijriyah mulailah hal ini dirayakan dengan banyak sedekah dan perayaan agung ini diseluruh dunia dan membawa keberkahan bagi mereka yang mengadakannya. (Sirah Al Halabiyah Juz 1 hal 137)
Pada hakekatnya, perayaan maulid ini bertujuan mengumpulkan muslimin untuk Medan Tablig dan bersilaturahmi sekaligus mendengarkan ceramah islami yang diselingi bershalawat dan salam pada Rasul saw, dan puji pujian pada Allah dan Rasul saw yang sudah diperbolehkan oleh Rasul saw, dan untuk mengembalikan kecintaan mereka pada Rasul saw, maka semua maksud ini tujuannya adalah kebangkitan risalah pada ummat yang dalam ghaflah, maka Imam dan Fuqaha manapun tak akan ada yang mengingkarinya karena jelas jelas merupakan salah satu cara membangkitkan keimanan muslimin, hal semacam ini tak pantas dimungkiri oleh setiap muslimin aqlan wa syar’an (secara logika dan hukum syariah), karena hal ini merupakan hal yang mustahab (yang dicintai), sebagaiman kaidah syariah bahwa “Maa Yatimmul waajib illa bihi fahuwa wajib”, semua yang menjadi penyebab kewajiban dengannya maka hukumnya wajib.
Contohnya saja bila sebagaimana kita ketahui bahwa menutup aurat dalam shalat hukumnya wajib, dan membeli baju hukumnya mubah, namun suatu waktu saat kita akan melakukan shalat kebetulan kita tak punya baju penutup aurat kecuali harus membeli dulu, maka membeli baju hukumnya berubah menjadi wajib, karena perlu dipakai untuk melaksanakan shalat yang wajib . Contoh lain misalnya sunnah menggunakan siwak, dan membuat kantong baju hukumnya mubah saja, lalu saat akan bepergian kita akan membawa siwak dan baju kita tak berkantong, maka perlulah bagi kita membuat kantong baju untuk menaruh siwak, maka membuat kantong baju di pakaian kita menjadi sunnah hukumnya, karena diperlukan untuk menaruh siwak yang hukumnya sunnah.
Maka perayaan Maulid Nabi saw diadakan untuk Medan Tablig dan Dakwah, dan dakwah merupakan hal yang wajib pada suatu kaum bila dalam kemungkaran, dan ummat sudah tak perduli dengan Nabinya saw, tak pula perduli apalagi mencintai sang Nabi saw dan rindu pada sunnah beliau saw, dan untuk mencapai tablig ini adalah dengan perayaan Maulid Nabi saw, maka perayaan maulid ini menjadi wajib, karena menjadi perantara Tablig dan Dakwah serta pengenalan sejarah sang Nabi saw serta silaturahmi.
Sebagaimana penulisan Alqur’an yang merupakan hal yang tak perlu dizaman nabi saw, namun menjadi sunnah hukumnya di masa para sahabat karena sahabat mulai banyak yang membutuhkan penjelasan Alqur’an, dan menjadi wajib hukumnya setelah banyaknya para sahabat yang wafat, karena ditakutkan sirnanya Alqur’an dari ummat, walaupun Allah telah menjelaskan bahwa Alqur’an telah dijaga oleh Allah.
Hal semacam in telah difahami dan dijelaskan oleh para khulafa’urrasyidin, sahabat radhiyallahu’anhum, Imam dan Muhadditsin, para ulama, fuqaha dan bahkan orang muslimin yang awam, namun hanya sebagian saudara saudara kita muslimin yang masih bersikeras untuk menentangnya, semoga Allah memberi mereka keluasan hati dan kejernihan, amiin.
Walillahittaufiq
Al-Kisah
Suatu ketika seorang Habaib dari Hadramaut ingin menunaikan ibadah haji dan berziaroh ke kakeknya Rasulullah SAW. Beliau berangkat dengan diiringi rombongan yang melepas kepergiannya. Seorang Sulton di Hadramaut, kerabat Habib tersebut, menitipkan Al Qur’an buatan tanga...n yang terkenal keindahannya di jazirah arab pada saat itu untuk disampaikan kepada raja Saudi. Sesampai di Saudi, Habib tersebut disambut hangat karena statusnya sebagai tamu negara. Setelah berhaji, beliau ziarah ke makam Rasulullah. Karena tak kuasa menahan kerinduannya kepada Rasulullah, beliau memeluk turbah Rasulullah. Beberapa pejabat negara yang melihat hal tersebut mengingkari hal tersebut dan berusaha mencegahnya sambil berkata, “Ini bid’ah dan dapat membawa kita kepada syirik.” Dengan penuh adab, Habib tersebut menurut dan tak membantah satu kata pun. Beberapa hari kemudian, Habib tersebut diundang ke jamuan makan malam raja Saudi. Pada kesempatan itu beliau menyerahkan titipan hadiah Al Quran dari Sulton Hadramaut. Saking girang dan dipenuhi rasa bangga, Raja Saudi mencium Al Qur’an tersebut! Berkatalah sang Habib, “Jangan kau cium Qur’an tersebut… Itu dapat membawa kita kepada syirik!” Sang raja menjawab, “Bukanlah Al Qur’an ini yang kucium, akan tetapi aku menciumnya karena ini adalah KALAMULLAH!” Habib berkata, “Begitu pula aku, ketika aku mencium turbah Rasulullah, sesungguhnya Rasululullah-lah yang kucium! Sebagaimana seorang sahabat (Ukasyah) ketika menciumi punggung Rasulullah, tak lain adalah karena rasa cinta beliau kepada Rasulullah. Apakah itu syirik?!” Tercengang sang raja tak mampu menjawab. Kemudian Habib tersebut membaca suatu syiir yang berbunyi, Marortu ‘alad diyaari diyaaro lailah Uqobbilu dzal jidaari wa dzal jidaaro Fa ma hubbud diyaar, syaghofna qolbi Wa lakin hubbu man sakanad diyaro Kulalui depan rumah laila (sang kekasih) Kuciumi dinding2 rumahnya Tidaklah kulakukan itu karena cintaku kepada rumahnya, Namun karena cintaku kepada si penghuni rumah (Ahlussunnah waljamaah.com)
KEMULIAAN MAKAM RASULULLAH SAW
Sayyidina Umar bin Khattab ra adalah salah seorang pecinta Rasul saw, beliau ra selalu tak ingin berpisah dengan Rasul saw, maka ketika ia telah dihadapan sakratulmaut, Yaitu sebuah serangan pedang yang merobek perutnya dengan luka yang sangat lebar, beliau tersungur roboh dan mulai tersengal sengal beliau berkata : “dekatkan aku susu”, alangkah mulianya Amirulmukminin ini, beliau masih ingat sunnah Nabinya saw yang menyukai susu, maka saat susu itu diminumkan, segera susu itu tumpah dari luka diperutnya, maka ia memahami bahwa ia sudah diambang sakratulmaut, ia menoleh dan berkata kepada putranya (Abdullah bin Umar ra), "Pergilah pada ummulmukminin, katakan padanya aku berkirim salam hormat padanya, dan kalau diperbolehkan aku ingin dimakamkan disebelah Makam Rasul saw dan Abubakar ra".
Maka ketika Ummulmukminin telah mengizinkannya maka berkatalah Umar ra : "Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu (dimakamkan disamping makam Rasul saw), maka bila aku wafat, usunglah aku kesana, dan ucapkan lagi salam, dan mohonkan izin lagi pada Ummulmukminin, bila beliau mengizinkan maka kuburkan aku, kalau beliau menolak maka tolaklah aku ke pekuburan muslimin" (Shahih Bukhari hadits no.1328).
Mustahil Umar ra meminta berkali-kali untuk diizinkan dimakamkan disebelah makam Rasul saw dan Abubakar ra, kenapa?, apakah sekedar iseng belaka?, melainkan bukti bahwa Makam Rasul saw mempunyai kemuliaan, demikian pula Makam Abubakar Shiddiq ra, sehingga Umar ra dalam sakratulmautnya masih sempat mengucapkan kalimat bahwa tak ada yang lebih diperdulikannya selain pembaringan disebelah mereka.
Demikianlah Mahabbah (cinta) kepada Rasul saw, dan setelah Rasul saw wafat, diriwayatkan bahwa peninggalan-peninggalan pakaian Rasul saw disimpan oleh para sahabat, sebagaimana cincin beliau saw dipakai oleh Anas bin malik, lalu pindah ketangan Abubakar ra, lalu pindah ketangan Umar bin Khattab ra, lalu pindah ketangan Usman bin Affan ra, lalu terjatuh ke sumur Aris, dan berkata Anas bin malik : Aku mencarinya bersama usman bin Affan selama 3 hari dan kami tak juga menemukannya (Shahih Bukhari hadits no.5540). Betapa mereka menjaga barang barang peninggalan Rasul saw, kalau seandainya cincin itu tak ada nilai mahabbah, maka tak perlulah Usman bin Affan mencarinya hingga 3 hari, ini menunjukkan barang peninggalan Rasul saw dimuliakan dan dicintai oleh para sahabat besar, radhiyallahu 'anhum, Lalu siapa pula yang mengingkari Abubakar Shiddiq ra?, siapapula yang mengingkari Umar bin Khattab ra?, Usman bin Affan ra?, Ali bin Abi Thalib kw?, mereka kesemuanya seperti yang disebutkan Imam Bukhari dan para muhadditsin besar lainnya, demikian mereka ini dan para penerusnya dari zaman ke zaman, para pecinta Rasul saw terus ada dan terus mengenang sang nabi saw, puji-pujian pada Nabi saw terus digandrungi, dan Rasul saw bersabda : "Orang yang dahsyat Cintanya padaku di ummat ini, adalah mereka yang hidup setelah aku wafat, namun hati mereka lebih condong untuk melihatku lebih daripada harta dan keluarga mereka" (Shahih Muslim hadits no.2832)
Wahai para pemuda bangkitlah.. kenalkan dirimu.. katakan pada mereka, dan jangan kau malu dan ragu, katakan pada semua temanmu.. : "Kalian ber idola lah dengan idola kalian, idolaku adalah Muhammad Rasulullah saw..!", bangkitlah dengan mencintai sunnah beliau saw, mengenalkan sunnah beliau saw kepada teman teman, Maka mereka yang menolak memuji Rasul saw, dan melarang orang memuji Rasul saw di masjid-masjid, mereka adalah pengkhianat nabi saw, mereka membawa ajaran sesat dari bisikan syaitan, dan bahwa telah terjadi di zaman Rasul saw seorang lelaki menyeramkan dengan jenggot memanjang dan dahi menjorok kedepan, mata membelalak, dan berkepala sulah, menegur Rasul saw seraya berkata : "Bertakwalah kepada Allah wahai Rasul..!", maka murkalah Rasul saw dan berkata : "Bukankah aku yang paling berhak atas ketakwaan dimuka bumi ini..?", maka berkata Khalid bin walid ra : Izinkan aku menebas lehernya Wahai rasulullah..!, maka berkatalah Rasul saw :
"Jangan.. barangkali dia ini shalat", maka berkata Khalid : berapa banyak orang yang shalat dan hatinya tidak shalat?, maka Rasul saw menjawab : "Aku tidak diutus untuk membelah dada mereka untuk memeriksa iman mereka", lalu Rasul saw terus memandangi lelaki buruk akhlak itu seraya bersabda : "akan lahir dari sulbi orang ini suatu kaum yang membaca Kitabullah dengan lembab, tidak melewati tenggorokannya (tidak diamalkan/tidak memahami kemuliaan Alqur'an, hanya sekedar hafal lalu menghina orang lain), mereka menjauh dari agama sebagaimana menjauhnya anak panah dari busurnya, bila aku menjumpai mereka aku akan memerangi mereka sebagaimana memerangi kaum tsamud" (Shahih Muslim hadits no.1063,1064).
Muncullah wabah akidah dizaman kita, mereka banyak menghafal Alqur'an namun pula bibir mereka kotor dengan menuduh Musyrik pada orang muslimin. Wahai Allah.. terbitkan matahari Mahabbah dan cinta kami pada Idola kami Muhammad saw…, curahkanlah hidayah pada semua muslimin yang terperangkap oleh perangkat sesat ini, palingkan hati mereka untuk mencintai Nabi Muhammad saw. Sebagaimana para sahabat mencintai Nabi saw, amiin ..amiin..
" Seandainya . . . . Apakah kita akan jadi umatnya seperti ini . . .
Rasul bersabda bahwa barangsiapa menghidupkan sunahnya, sesungguhnya dia mencintai Rasulnya, dan barangsiapa mencintai Rasul, sungguh dia akan bersama-sama dengan Rasul di dalam Surga.
Pernyataan Baginda Rasul ini sangat memotivasi jiwa umatnya untuk dapat bersama beliau di dalam Surga dengan segala kenikmatan yang tiada tara, Kita sering mendengar informasi ini dari Al Quran atau Hadist Nabi. Rasanya kita ingin lebih cepat meraih kenikmatan itu. Dan ujung-ujungnya muncul rasa rindu dan rasa cinta yang sangat mendalam kepada Baginda Rasulullah. Kemudian keinginan tadi, menanyakan kepada kalbu, Apakah sudah pantas diriku ini bersanding bersama Rasul ?
Andai kata Rasulullah datang menjenguk kita.
Bayangkan andaikata Rasulullah tiba-tiba muncul mengetuk pintu rumah kita Apa yang akan kita lakukan?
Mestinya kita akan sangat berbahagia, memeluk beliau dan mempersilahkan beliau masuk ke ruang tamu kita untuk melepaskan rasa rindu yang sudah lama dipendam. Kemudian kita tentunya akan meminta dengan sangat agar beliau sudi menginap beberapa hari di rumah kita untuk bercerita dengan tuturkata yang lembut, mengajarkan kepada kita tentang sopan santun, ilmu dan hikmah.
Tapi barangkali kita meminta beliau menunggu sebentar di depan pintu karena kita teringat video CD rated R18+ yang ada di ruang tengah dengan beraneka VD yang sebagian besar bergambarkan wanita terbuka setengah auratnya dan kita tergesa-gesa memindahkan dahulu video tersebut ke ruang dalam.
Atau barangkali kita teringat akan lukisan wanita setengah telanjang yang kita pajang di ruang tamu kita, sehingga kita terpaksa juga memindahkannya ke gudang belakang.
Barangkali kita akan segera memindahkan lafal Allah dan Muhammad yang biasanya berada didekat dapur dalam keadan berdebu dan memindakannya ke ruang tamu.
Bagaimana bila kemudian beliau sudi menginap di rumah kita, walaupun hanya satu malam?
Barangkali kita teringat bahwa anak kita lebih hapal lagu-lagu Cinta, Metal, Rock dibanding hapalan Sholawat kepada Rasulullah.
Barangkali kita menjadi malu bahwa anak-anak kita (kt Sndiri) tidak mengetahui sedikitpun sejarah atau sirah nabi yang menceritakan perjalanan hidup beliau.
Barangkali kita menjadi malu bahwa anak kita tidak mengetahui satupun nama keluarga Rasulullah dan para sahabat beliau tetapi hapal di luar kepala mengenai anggota Power Ranger atau anggota Band - band ternama...
Barangkali kita terpaksa harus menyulap satu kamar menjadi ruang musalla, karena beliau sangat menyenangi sholat yang berjam-jam diwaktu malam.
Barangkali kita teringat bahwa perempuan di rumah kita tidak memiliki koleksi pakaian muslimah yang pantas dipakai sewaktu berhadapan dengan beliau untuk mendengarkan petuah-petuah beliau. Belum lagi koleksi buku-buku kita dan anak-anak kita. Belum lagi koleksi kaset kita dan anak-anak kita. Belum lagi koleksi karaoke kita dan anak-anak kita.
Kemana kita harus meyingkirkan semua koleksi tersebut demi menghormati junjungan kita? Karena gudang-gudang di belakang sudah pada penuh.
Barangkali kita menjadi malu diketahui junjungan kita bahwa kita jarang ke masjid, mana tau nanti beliau menanyakan siapa nama morbot mesjid kampung kita, karena beliau sangat perhatian terhadap orang-orang seperti itu
Barangkali kita menjadi malu karena pada saat maghrib keluarga kita sibuk di depan TV, karena sinetronnya, sayang untuk diliwatkan.
Barangkali kita menjadi malu karena kita menghabiskan hampir seluruh waktu kita untuk mencari kesenangan duniawi.
Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tidak pernah menjalankan sholat sunnah.
Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita sangat jarang membaca AlQuran, hingga AlQuran terlihat rapi dan bersih diantara buku-buku di rak buku kita
Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengenal tetangga-tetangga kita.
Barangkali kita menjadi malu jika beliau menanyakan kepada kita siapa nama tukang sampah yang setiap hari lewat di depan rumah kita.
Bayangkan andaikata Rasulullah tiba-tiba muncul di depan pintu rumah kita. Apa yang akan kita lakukan?
Masihkah kita memeluk junjungan kita dan mempersilakan beliau masuk dan menginap di rumah kita?
Ataukah akhirnya dengan berat hati, kita akan menolak beliau berkunjung ke rumah karena hal itu akan sangat membuat kita repot dan malu.
Marilah kita memohon :
Maafkanlah kami ya Rasulullah .........
Karna kami tahu engkau seorang pemaaf dan murah hati .........
Kami tahu bahwa cintamu kepada umatmu melebihi cinta kami terhadap dunia.Hanya Allah yang tahu bahwa kami tetap cinta kepadamu sampai dengan hembusan nafas kami yang terakhir ya Rasulullah .......... Apakah umatmu yang rendah ini pantas berada disisimu ya Rasulullah ? Dengan segala kemurahan hati yang engkau miliki aku hambamu yang rendah ini ingin tetap disisimu ya Rasulullah ....
KELUARGA (AHLIL BAIT) DAN ISTRI NABI MUHAMMAD SAW
Nabi Muhammad SAW adalah putra Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim putra Abdu Manaf, putra Qushai, putra Hakim, putra Murrah, putra Ka’ab, putra Lu’ai, putra ghalib, putra Fihr, putra Malik, putra An-Nadhir, putra Kinanah, putra Khuzaimah, putra Mudrikah, putra Ilyas, putra Mudhar, putra Nizar, putra Ma’ad, putra Adnan. Pada umumnya keturunan Nabi dijuluki Bani Hasyim.
Ibu beliau, Aminah adalah putri Wahab, putra Abdu manaf, putra Zuhrah, putra Hakim, putra Murrah, selanjutnya bertemu dengan silsilah Rasulullah SAW. Dua ibu susunya adalah Suaibah dan Halimah As-Sa’diayah.
Saudara-saudara ayah Nabi SAW ada 12 orang, antara lain Hamzah dan Abbas, dan saudara perempuan ayah beliau ada 6 orang salah satunya adalah Shofiyah yang patuh.
Isteri beliau berjumlah dua belas orang. Dua diantaranya meninggal dunia semasa hidup beliau, yaitu:
1. Sayyidatina Khadijah binti Khuwailid. Beliau adalah istri yang paling utama dan paling dicintai oleh nabi SAW dari istri-istri beliau yang lain.
2. Sayyidatina Zainab binti Khuzaimah Al-Harits.
Jadi ketika wafat Rasullah SAW meninggalkan sepuluh orang isteri: Siti Aisyah binti Abubakar ra, Hafshah binti Umar ra, Saudah binti Zam’ah ra, Ummi Salamah ra (Hindun), Zainab binti Jahsy ra, Juwairiyah binti Al-Harits ra, Shafiyah binti Huyaiy ra, Ummi Habibah binti Abu Sofyan, Mariyah Al-Qibthiyah (Ummi Ibrahim), Maimunah binti Al-Harits ra., mereka itulah ibu-ibu yang diridhai bagi orang-orang yang beriman (ummahaatul mukminiin).
Nabi Muhammad SAW dikaruniai tujuh orang putra putri. Yang putra adalah Al-Qasim, Abdullah, dan Ibrahim. Sedang yang putri adalah Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah Az-Zahra radhiyallaahu ‘anhum. Semua keturunan beliau SAW berasal dari perkawinannya dengan Khadijah, kecuali Ibrahim, ia dilahirkan oleh Mariyah Al-Qibthiyyah. Putra-putri Rasulullah SAW wafat sewaktu beliau masih hidup, kecuali sayidah Fatimah. Kemudian cucu beliau dari sayidah Fatimah yang bersuamikan sayidina Ali bin Abi Thalib khw adalah Sayidina Hasan dan Sayidina Husain.
Diantara kebajikan dan keberuntungan besar yang dianugerahkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW ialah suratan takdir-Nya yang menghendaki kesinambungan pribadi Rasulullah SAW turun-temurun hingga akhir zaman lewat sayidina Hasan dan sayidina Husain. keutamaan mereka sudah cukup jelas.
Allah berfirman:
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu (hai Nabi) ni’mat (anak cucu keturunan) yang banyak, maka dirikanlah shalat karena (Allah) tuhanmu dan berkorbanlah (sembelihlah kurban). Sesungguhnya orang yang membencimu dialah yang terputus (keturunannya). ( Al-Kautsar)
Rasulullah SAW bersabda:
Kutinggalkan padamu Kitab Allah dan itrahku (yakni kerabat dan keturunanku). Kedua-duanya tak akan berpisah sampai berjumpa kembali denganku di al-haudh. Maka hati-hatilah dengan perlakuanmu terhadap kedua-duanya sepeninggalku. (HR Muslim dari Zaid bin Arqam)
Rasulullah SAW bersabda:
Semua hubungan keluarga dan nasab akan terputus di hari kiamat kecuali hubungan keluarga dan nasab denganku. Setiap anak mengikuti garis kekeluargaan ayahnya kecuali keturunan Fatimah. Akulah ayah dan ashabah mereka. (HR Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ad-daruquthni, Ibnu Asakir dari Umar bin Khattab ra)
Keturunan Nabi SAW biasa dipanggil masyarakat dengan Habib (Habaib)/Hababah, sayid/ah atau syarif (asyraf)/syarifah. Hingga dewasa ini mereka telah bertebaran di permukaan bumi, menghadapi berbagai tantangan dan pengaruh, tetapi tak meninggalkan batu tempat mereka berpijak dan tali tempat mereka bergantung. Keturunan Baginda Nabi SAW pada umumnya adalah para Da’i dan Muballigh yang mengantar umat manusia kepada agama Islam. Umat Islam Indonesia menjadi umat terbesar adalah saksi nyata tentang betapa besar jasa putera-putera keturunan Rasulullah SAW dalam kegiatan mereka menerangi jalan hidayah.
Semua keturunan beliau adalah perwujudan rahmat Allah SWT dan sebagai bahtera keselamatan bagi kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Mereka ibarat pusaka peninggalan Baginda Nabi Muhammad SAW, yang oleh beliau dinyatakan sebagai salah satu diantara dua hal yang sangat berharga yaitu Kitabullah dan keluarga beliau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar